Minggu, 20 Februari 2011

Penerapan Terapi Bermain bagi Penyandang Autisme

Apa Itu Autisme?

Kata autisme berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti ”self” (diri sendiri). Berarti, autisme merupakan suatu paham yang tertarik pada dirinya sendiri. Autisme atau gangguan autistik merupakan sebuah sindrom gangguan perkembangan sistem saraf pusat yang ditemukan pada sejumlah anak ketika masa kanak-kanak hingga masa-masa sesudahnya. Autisme mengakibatkan gangguan/keterlambatan pada bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial. Kondisi seperti itu tentu akan sangat mempengaruhi perkembangan anak, baik fisik maupun mentalnya, sehingga perkembangan yang optimal pada anak tersebut sulit diharapkan. Anak autis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :

  1. Komunikasi
  2. Interaksi Sosial
  3. Gangguan Sensoris
  4. Pola Bermain
  5. Emosi
  6. Perilaku

Apa itu Terapi Bermain?

Sebelum sampai pada penjelasan tentang terapi bermain, maka perlu memahami dulu tentang definisi bermain itu apa. Membicarakan anak tidak dapat meninggalkan pembicaraan tentang bermain. Bermain adalah dunia anak. Dimanapun anak-anak berada dan di waktu apa pun, bermain adalah akitivitas utama mereka. Bermain adalah media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi, perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan, dan perkembangan kognitif anak-anak.

Landreth mendefinisikan terapi bermain sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara anak dan terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain.

Bermain Pada Anak Autisme

Bermain pada anak autis bisa dengan Sarana Manual, Sarana Elektris, ataupun Outbound.

Efektifitas Terapi Bermain bagi Penyandang Autisme

Efektifitas penggunaan terapi bermain masih cukup sulit diketahui karena sampai saat ini kebanyakan literatur masih memaparkan hasil kasus per kasus. Namun Bromfield, Lanyado, & Lowery menyatakan bahwa klien mereka menunjukkan peningkatan dalam bidang perkembangan bahasa, interaksi sosial, dan berkurangnya perilaku stereotip, setelah proses terapi. Mereka dikatakan juga dapat mentransfer ketrampilan ini diluar seting bermain. Wolfberg & Schuler menyatakan bahwa model terapi bermain yang terintegrasi dalam kelompok juga dapat berhasil, dimana program ini ditujukan untuk meningkatkan interaksi sosial dan melatih ketrampilan bermain simbolik. Mundschenk & Sasso juga melaporkan hal yang sama.

Batasan-batasan Terapi Bermain bagi Autisme

Berdasarkan luasnya batasan terapi bermain maka penerapannya bagi penyandang autisme memerlukan batasan-batasan yang lebih spesifik, disesuaikan dengan karakteristik penyandang autisme sendiri. Pada anak penyandang autisme, terapi bermain dapat dilakukan untuk membantu mengembangkan ketrampilan sosial, menumbuhkan kesadaran akan keberadaan orang lain dan lingkungan sosialnya, mengembangkan ketrampilan bicara, mengurangi perilaku stereotip, dan mengendalikan agresivitas.

Berbeda dengan anak-anak non autistik yang secara mudah dapat mempelajari dunia sekitarnya dan meniru apa yang dilihatnya, maka anak-anak autistik memiliki hambatan dalam meniru dan ketrampilan bermainnya kurang variatif. Hal ini menjadikan penerapan terapi bermain bagi anak autisme perlu sedikit berbeda dengan kasus yang lain, misalnya:

  1. Tujuan dan target setiap sesi terapi bermain harus spesifik berdasarkan kondisi dan ketrampilan anak, dilakukan dengan bertahap dan terstruktur.
  2. Jika secara umum terapi bermain memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi dan eksplorasi, maka pada anak autisme hal ini akan memerlukan usaha yang lebih keras dari terapis terutama jika anak belum memiliki kesadaran akan dirinya dan dunia sekitarnya sehingga inisiatif belum muncul.
  3. Jika kesadaran diri dan dunia sekitarnya sudah muncul , maka anak dapat diberikan target yang lebih tinggi misalnya melatih ketrampilan verbal (berbicara) dan ketrampilan sosial.
  4. Terapi bermain bagi penyandang autisme dapat ditujukan untuk meminimalkan /menghilangkan perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri.

Namun, disamping beberapa hal tersebut tdpt beberapa hal prinsip dasar yang juga harus diperhatikan, yaitu:

  1. Terapis harus belajar “bahasa” yang diekspresikan kliennya agar dapat lebih membantu.
  2. Terapis harus menghindari memandang isolasi diri anak sebagai penolakan diri dan tidak memaksa anak untuk menjalin hubungan sampai anak betul-betul siap.
  3. Terapi bagi anak penyandang autisme tidak dapat dilakukan hanya dengan terapi tunggal. Rencana program terapi yang dijalankan pun harus disusun dengan terpadu dan terstruktur dengan baik, begitu juga proses evaluasinya.
  4. Terapi bermain ini harus dilakukan oleh tenaga terapis yang sudah terlatih dan betul-betul mencintai dunia anak dan pekerjaannya.
  5. Keberhasilan program terapi bermain sangat ditentukan oleh bagus tidaknya kerja sama terapis dengan orang tua dan orang-orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak sehari-hari.

Terapis juga harus betul-betul sadar bahwa meskipun anak autistik dapat mengalami kemajuan dalam terapi yang diberikan, ketrampilan sosial dan bermain mereka mungkin tidak akan bisa betul-betul normal. Jika tujuan umum terapi adalah untuk membantu anak dapat memaksimalkan potensi mereka dan memberi mereka kesempatan untuk berfungsi lebih baik dalam hidup mereka, maka keberhasilan sekecil apapun harus dianggap sebagai kemenangan dan harus disyukuri sepenuh hati.

Sumber:

  • Artikel oleh Ns.Nyimas Heny Purwati, S.Kep, Bermain pada Anak Autisme.
  • Nevid, Jeffrey S., dkk. 2003. Psikologi Abnormal Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
  • www.klinis-wordpress.com
  • www.widisite.com

NB: kalo mau yang lebih lengkap lagi bisa hubungi email/blog ku ya ^.^v

Dah lama ga nulis artikel tentang Psikologi nih... yang bagus tentang apa ya yang belum Q tulis??!! kapan ada waktu buat nulis lagi nih diriQ??!! *kapan ada waktu, atau kapan ga males nulisnya ya tepatnya?! h3 ;p