Rabu, 11 Maret 2009

DEPRESI & PENUAAN

Yang pasti karena hal inilah yang membuat Q terinspirasi untuk menulis hal ini. Lebih tepatnya karena kemarin, hari sabtu, 28 Feb 2009. Q bertemu seorang ibu ygan bisa dibilang nenek menurut Q coz umurnya dah 65 tahun. Dia mengalami depresi di masa tuanya. Q diminta salah satu anggota keluarganya >*keponakannya, temen kantor Abah Q< buat nolongin gimana menghadapi masalah yang diderita ibu ini. Coz dia dah ga tau lagi mesti digimanain bule’nya ini. N’ berhubung Q anak Psikologi makanya aQ yang dia mintain tolong gitu, biar sekalian Q dapat pengalaman juga dalam menangani kasus nyata. Jiahhh... ;p

Menurut buku yang Q baca, Depresi mayor (major depression) adalah suatu gangguan suasana hati (a mood disorders) dimana individu merasa sangat tidak bahagia, kehilangan semangat (demoralized), merasa terhina (self-derogatory), dan bosan. Individu dengan depresi mayor tidak merasa sehat, mudah kehilangan stamina, memiliki nafsu makan yang kurang, dan lesu serta kurang bergairah. Meskipun resiko depresi mayor menurun seiring usia, depresi merupakan masalah utama yang dihadapi oleh banyak orang usia lanjut. Pad asejumlah kasus, depresi merupakan kelanjutan dari pola yang berlangsung seumur hidup. Pada kasus lain, depresi pertama kali muncul pada kehidupan lanjut. Nah, pada kasus ibu ini seperti pada kasus yang kedua, yaitu dia mengalami depresi pertama kali di kehidupan lanjutnya.

Depresi pada masa tua juga dihubungkan dengan tingkat penurunan fisik yang lebih cepat dan tingkat mortalitas yang lebih tinggi. Depresi dikaitkan dengan mortalitas yang lebih tinggi karena kondisi medis yang menyertai atau karena hilangnya kepatuhan untuk mengkonsumsi obat-obatan yang dibutuhkan.

Gangguan depresi umumnya menyerang orang-orang yang menderita berbagai macam gangguan otak. Beberapa diantaranya, seperti gangguan Alzheimer dan stroke secara tidak seimbang mempengaruhi orang lanjut usia. Ketersediaan dukungan sosial tampaknya menjadi tameng dari dampak stress, duka cita, dan penyakit sehingga mengurangi resiko depresi. Dukungan sosial adalah penting terutama bagi orang tua yang mengalami ketidakmampuan fisik.

Orang yang lanjut usia mungkin sangat rentan terhadap depresi yang disebabkan oleh stress dalam menghadapi perubahan-perubahan kehidupan yang berhubungan dengan apa yang dahulu disebut sebagai tahun emas–pensiun; penyakit atau ketidakmampuan fisik; penempatan dalam rumah-rumah jompo; kematian pasangan, saudara kandung, teman lama, dan kenalan-kenalan; atau kebutuhan untuk merawat pasangan yang kesehatannya menurun.

Pensiun, baik sukarela maupun terpaksa, mungkin melemahkan perasaan bermakna dalam hidup dan menyebabkan hilangnya identitas peran. Kematian keluarga dan teman-teman menimbulkan duka cita dan mengingatkan orang yang berusia lanjut akan usia mereka yang semakin bertambah serta semakin berkurangnya ketersediaan dukungan sosial. Orang lanjut usia mungkin merasa tidak mampu untuk membentuk pertemanan yang baru atau menemukan tujuan baru dalam hidupnya.

Pada kasus yang Q temuin di ibu ini, dia mengalami depresi di awal kehidupan lanjutnya. Yaitu dimasa dia memasuki masa pensiunnya. Yang dimana dia merasa sangat tidak bahagia dan kecewa. Mungkin ini terjadi karena dia pensiun secara terpaksa. Mungkin dia belum siap untuk pensiun. Mungkin karena dia tidak/belum punya planning untuk memasuki masa pensiunnya sehingga disaat dia memasuki masa pensiun dia merasa kaget. Apa yang harus dilakukannya n’ dia mesti gimana. Mungkin juga dia udah planning tapi ternyata tidak bisa kesampaian karena ada hal-hal yang menghalanginya.

Yang pasti, Q belum tau masalah sebenarnya itu apa. Makanya cuma mungkin-mungkin, masih perkiraan aja. Soalnya info yang bisa Q dapat sangat minim. Dari orangnya maupun dari keluarganya. Dari orangnya karena dia individu yang sangat introvert, ga suka bergaul sehingga tidak punya teman yang bisa dia ajak sharing makanya kependem masalahnya, sulit mengungkapkan masalah yang dihadapinya ma keluarganya, agak paranoid sama orang-orang baru, n’ saat Q temuin dia kemarin dia lagi dalam keadaan ga tenang.

So, ga bisa di ajak ngomong lah n’ di gali informasi dari dia. Alhasil Q cuma dapat info tentang dia dari keluarganya aja. Sedangkan keluarganya itu sendiri juga kurang tau permasalahan yang terjadi sebenarnya karena mereka bukan keluarga intinya. Dia sekarang tinggalnya sama keluarga kakaknya, bukan sama suami n’ anak-anaknya. Bisa dibilang diungsikan gitu lah ma keluarga intinya makanya bisa sampai tinggal dirumah kakaknya. Diungsikan kerumah kakaknya itu dah dalam keadaan depresi berat sepertinya sehingga mereka juga ga tau apa2, taunya dia datang udah dalam kondisi kaya gitu n’ ga banyak yang bisa mereka lakuin.

Ibu itu dulu tinggal di Sulawesi n’ berprofesi sebagai bidan, tapi sekarang dia tinggal di Jawa. Suaminya berprofesi sebagai dosen di bidang kesehatan di salah satu universitas di Sulawesi dan tinggal disana. Anak-anaknya tinggal menyebar. Ada yg di Jawa dan ada yang di Sulawesi. Tapi yang sangat disayangkan, suami dan anak-anaknya adalah orang-orang yang berprofesi di bidang kesehatan, bahkan ada anaknya yang jadi dokter, tapi perlakuan dari mereka terhadap ibu itu sangat bertolak belakang dari orang-orang yang bergelut di bidang kesehatan yang mana mereka sudah jelas tau pasti dan mengerti lah tentang masalah seperti itu.

Selama dirumah kakaknya, suami n’ anak-anaknya ga ada yang menghubunginya dan mengikuti perkembangannya. Cuma ada satu anaknya yang dokter, yang juga karena kebetulan sedang dinas di RS dikota yg sama, menengoknya. Itu juga hanya sekedar menengok, cuma sebentar, n’ waktu pamit alasan dia lagi banyak pasien di RS. Gimana coba?? Ga kebayang kan?? Emangnya ibunya sendiri yang dalam keadaan kaya gitu ga dianggap pasien?? Pliz deh dok, ibumu tu lebih dari pasien... Dia juga dalam keadaan sakit. Bener-bener Q ga habis pikir. Ada ya anak yang kaya gitu ma ibunya. Moga Q ga kaya gitu. Nauzubilahiminzalik deh….

Moga-moga aja ntar bisa ada pemecahan masalahnya dari kasus yang dihadapi ibu itu. Coz kayanya depresinya berat n parah gitu. Dokter yang menanganinya aja bisa dibilang angkat tangan deh dengan kasus ini. Ga hanya karna satu masalah sih, tapi banyak, n’ yang pasti ini masalah kejiwaannya bukan fisik. Dari yang Q tau mulai dari masalah ketidaksiapan dalam memasuki masa pensiun, masalah keluarga yg mungkin kurang lekat satu sama lain, masalah pergaulan dan sosial juga yang sangat kurang. N’ mungkin juga ada yang lainnya yang Q ga tau. ??!!